Jumat, 23 Januari 2015

Tak Disangka, Inilah Takdir-Nya.

Suatu hari, saat matahari perlahan nampak disertai dengan hangatnya sinar yang dipancarkan. Saya dan seorang teman seperjuangan. Bersiap mencari beberapa alat untuk penelitian teman saya tersebut, seperti pH meter, beaker glas, saringan, dan corong. Semua barang yang dibutuhkan sudah masuk dalam daftar, termasuk toko yang nanti kami singgahi. Setelah semua siap, kami mengendarai motor untuk membantu daya jelajah menuju toko-toko  disekitar kampus dan sekitarnya yang kiranya menjual alat-alat tersebut. Tibalah kami di toko yang menjual peralatan kesehatan dan laboratorium, bisa dikatakan cukup lengkap. Bertanyalah sahabat saya pada penjaga toko, “Mba, apa di sini ada pH meter dan beaker glass ya?”, “Ada mas..” jawab Mba penjaga toko tersebut. Lalu kami diperlihatkan peralatan yang kami cari itu, setelah beberapa menit kemudian. Dengan seksama memperhatikan kualitas alat, menimbang harga, akhirnya kami memutuskan untuk membeli.

Alhamdulillah, dua jenis alat yang dibutuhkan sudah ada digenggaman. Selanjutnya bersiap mencari dua alat lagi, kami pun meninggalkan toko tersebut untuk menuju tempat selanjutanya. Penuh dengan harapan, semoga kami mendapatkan corong dan saringan ditempat berikutnya. Ringkasnya, setelah menyambangi toko material, beberapa swalayan yang menjual berbagai kebutuhan dan peralatan sehari-hari; kami hanya mendapati saringan saja, begitu susah pada hari itu mencari sebuah corong kecil yang harganya tak terlalu mahal tapi langka keberadaannya. Semestinya kami bisa mendapatkan sebuah corong kecil di toko-toko yang sudah kami datangi itu dengan mudah. Tapi kenyataannya berbicara lain, setelah beberapa lama keliling wilayah kampus. Kami putuskan untuk menuju Masjid Nurul Ulum, untuk rehat sejenak. Selesai tunaikan shalat dhuha, kami berpikir untuk makan terlebih dahulu, lalu pasca makan lanjut mencari benda yang bernama corong. Dimanakah kamu berada?...

Kami pun bersepakat menuju tempat makan yang cukup familiar bagi mahasiswa Unsoed, Pondok Delima namanya -kami biasa menyebutnya Pondel-. Rasa masakan yang enak, cukup banyak menu yang tersedia dan harga cukup terjangkau. Motor dinyalakan dan kami menuju tempat tersebut. Dalam perjalanan, sebelum sampai ke tempat makan. Ada sebuah mobil bak terbuka yang terparkir di samping jalan, mobil yang bermuatan dan menjual berbagai jenis perlengkapan yang cukup lengkap untuk membantu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Motor yang kami tunggangi pun berhenti tepat di belakang mobil tersebut, turunlah sahabat saya dari motor. Dengan langkah yang penuh harap menuju mobil tersebut, berharap mendapatkan sebuah benda yang bernama corong. Segala puji bagi Allah Ta’ala Yang Maha Kuasa Maha Penyayang, setelah kami menyambangi beberapa tempat. Akhirnya kami mendapatkan benda tersebut, ditempat yang tak disangka nan tak direncanakan untuk didatangi.

Memang ini tak kami rencanakan untuk mencari sebuah benda yang bernama corong di mobil bak terbuka yang dijadikan toko berjalan, menjual berbagai peralatan untuk membantu  dalam aktivitas sehari-hari. Tetapi hal tersebut, sudah tertulis jelas menjadi takdir yang kami dapati dengan izin-Nya. Inilah kuasa-Nya, yang dalam genggaman-Nya semua bisa terjadi. Sungguh kita ini lemah, tanpa kekuatan dari Allah Yang Maha Perkasa, sungguh kita tak berdaya tanpa pertolongan dari Dia Yang Maha Kuasa, sungguh kita hina tanpa rahmat dari-Nya Yang Maha Mulia, dan sungguh kita tersesat tanpa petunjuk-Mu Ya Rabb.

Bersama kesulitan akan kita temui kemudahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala tak akan menyianyiakan setiap ikhtiar kita dalam kebaikan nan melangkah di lintasan ketaatan. Dengan mempersembahkan amal terbaik, doa tertulus nan paling jujur, dan berserah diri dalam tawakkal terbaik pada-Nya. Ya. Tak disangka, inilah takdir-Nya.

Pada akhirnya. Perjalanan kami pun bermuara ditempat makan yang sedari awal dituju. Rehat melepas penat yang melekat, dengan menikmati makanan dan minuman yang telah kami pesan sebelumnya, sembari berbincang-bincang; bercerita, saling bertukar ide, dan saling menasihati. Inilah kisah sederhana yang saya tuliskan, moga ada manfaat yang diraih. Senantiasa berprasangka baik dan yakin akan janji-Nya. Mari menjadi makmun atas takdir Ilahi, Ia Maha Tahu yang terbaik bagi hamba-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar