Tenaga yang terkuras, keringat yang mengalir deras, darah yang tumpah.
Tulang yang terasa lepas dari ruasnya, hela nafas yang tak teratur
iramanya. Sebagai tanda dan bukti bahwa lelah datang menghampiri, lalu
bersiap singgah dalam raga yang bersua payah. Lelah itu datang, karena
kita sedang dan atau telah mengerjakan kerja-kerja nyata. Entah hanya sebatas kata yang tersampaikan atau melalui perbuatan nan terasa.
Merasakan lelah, setelah bergerak lincah dalam amal itu sudah pasti
ada. Hal yang perlu disiapkan berikutnya, setelah diri telah
berpayah-payah adalah menjaga niat, agar tetap suci dan hanya tertuju
pada Ilahi. Beristighfar penuh kesungguhan untuk kata serta amal yang
telah berlalu. Memohon ampun, jika terselip dalam hati selain nama-Mu Ya
Rabb. Setelah niat sudah ditata rapi, asa telah selesai diasah, ketika
semangat kembali menyala terang. Lalu bersegeralah bangkit, kemudian
melangkah untuk mengukirkan amal shalih yang telah terulis dalam daftar.
Minggu, 25 Januari 2015
Jumat, 23 Januari 2015
Tak Disangka, Inilah Takdir-Nya.
Suatu
hari, saat matahari perlahan nampak disertai dengan hangatnya sinar yang
dipancarkan. Saya dan seorang teman seperjuangan. Bersiap mencari beberapa alat
untuk penelitian teman saya tersebut, seperti pH meter, beaker glas, saringan, dan
corong. Semua barang yang dibutuhkan sudah masuk dalam daftar, termasuk toko yang
nanti kami singgahi. Setelah semua siap, kami mengendarai motor untuk membantu
daya jelajah menuju toko-toko disekitar
kampus dan sekitarnya yang kiranya menjual alat-alat tersebut. Tibalah kami di toko yang menjual peralatan
kesehatan dan laboratorium, bisa dikatakan cukup lengkap. Bertanyalah sahabat saya pada
penjaga toko, “Mba, apa di sini ada pH meter dan beaker glass ya?”, “Ada mas..”
jawab Mba penjaga toko tersebut. Lalu kami diperlihatkan peralatan yang kami
cari itu, setelah beberapa menit kemudian. Dengan seksama memperhatikan
kualitas alat, menimbang harga, akhirnya kami memutuskan untuk membeli.
Jumat, 16 Januari 2015
Terpercaya, Tak Menyianyiakan
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memberikan nikmat
yang tiada terkira, mengalir tiada henti. Semoga kita menjadi hamba-Nya
yang senantiasa bersyukur atas segala nikmat dalam kondisi apapun.
Dengan bersyukur, Allah akan menambahkan nikmat; saat kita kufur,
ingatlah azab-Nya begitu pedih. Tanda syukur kita pada-Nya, yaitu
mendayagunakan segala macam nikmat yang ada dijalan yang Ia ridhai. Bukan digunakan untuk bermaksiat, tanpa takut akan azab-Nya.
Inilah
kisah tentang penjaga kebun anggur, mubarak namanya. Suatu hari tuannya
datang, meminta mubarak mengambilkan anggur yang matang. Pergilah ia
mengambilkan anggur yang paling keras untuk diberikan kepada tuannya,
maka saat dicicipi; rasanya begitu masam. Lalu tuannya menyuruh mubarak
untuk mencarikan lagi anggur yang matang. Maka dia berpikir; jika anggur
yang masih keras itu tidak manis, mungkin anggur yang termanis adalah
yang lembek, bergegaslah ia untuk mencari anggur tersebut. Datanglah
mubarak kepada tuannya sembari memberikan anggur yang lembek tersebut.
Terheranlah tuannya. Sebelumnya mubarak membawakan anggur yang masih
mentah, kali ini dia membawa anggur yang busuk.
Tuannya kemudian bertanya, "Sudah berapa lama engkau menjaga kebun in?" Jawab mubarak, saya telah bekerja selama 3 bulan.
Selasa, 13 Januari 2015
Hanya Hari Ini
Hidup
adalah rangkaian proses panjang yang akan dijalani, oleh setiap insan dimuka
bumi ini. Ceritanya akan berbeda-beda,
jatah waktu kita pun berada didunia yang fana dengan segala tipu daya juga
berbeda tentunya. Tetapi lama atau
tidaknya kita hidup di dunia, bukan menjadi jaminan kita bernilai dihadapan
Allah swt. Hal yang akan membuat kita
berbeda adalah bagaiman kita menentukan pilihan menjalani hidup, karena hidup
bergerak dalam ruang pilihan.
Keputusan yang diambil akankah
membuat diri semakin dekat kepada Ilahi atau pilihan itu semakin membuatmu jauh
dariNya.
Strategi, Harus Ada!
“Kebenaran yang tidak
terorganisir akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir.” (Sayyidina Ali
bin Abi Thalib r.a)
Itulah
kalimat yang sudah tak asing lagi
terdengar ditelinga kita. Pengorganisasian atau pun strategi dalam suatu jamaah
sangat dibutuhkan dalam langkah mewujudkan tujuan menjadi nyata. Kita berbicara
strategi untuk sebuah langkah-langkah da’wah yang kita jalani. Karena strategi
da’wah yang hendaknya tersusun dengan
rapi, terencana begitu indah, dan terealisasikan dengan nyata. Lalu diteruskan dengan
pembuktian para mujahid-mujahidah yang tertata rapi dan terikat erat nan kokoh dalam barisan kereta
da’wah ini, demi tujuan yang diharapkan
oleh jamaah tersebut. Pembuktian dengan
karya nyata yang terekspresikan dalam laku, bukan hanya sekedar retrorika yang
diteriakan secara lantang saja. Tetapi seringkali kita tidak dapat menjaga
azzam dan ghiroh yang tertanam dalam
jiwa, sehingga hal tersebut berdampak pada tahapan demi tahapan pelaksanakan
strategi da’wah yang sudah terencana dengan indah. Maka para tentara Allah yang
sudah mengazzamkan diri untuk berjuang dalam da’wah ini harus bisa membebaskan
jiwa dan raga mereka dari zona tersebut, dengan menatap kembali penuh asa akan
tujuan yang sebenarnya ingin dicapai dalam barisan jamaah ini.
Membangun Komitmen
Komitmen harus ada disetiap
perjuangan kita dalam mewujudkan sebuah harapan, meraih sebuah cita, atau
mengejawantahkan sebuah visi. Komitmen
itu harus ada, karena ia menjadi salah satu penjaga pada diri kita agar
terus bergerak dalam ruang amal. Memang tak mudah melatih komitmen yang kita siratkan
agar mendekap erat dan tertanam pada jiwa.
Minggu, 11 Januari 2015
Kita Bersaudara
Tak asing telinga kita mendengar bahwa setiap muslim itu bersaudara, seperti yang tertulis dalam surat Al-Hujurat ayat 10. Sebuah persaudaraan yang terhubung karena ikatan aqidah, tali persaudaraan yang akan semakin kuat saat keimanan terjaga. Mulai
dari saling mengenal satu sama lain, hingga tertuang amal kita dalam rukun
ukhuwah yang paling mempesona. Yaitu itsar, yang berarti mendahulukan saudara
seiman dari pada diri sendiri kecuali dalam hal ibadah. Ta'aruf hingga itsar, itulah rukun ukhuwah. Maka bersaudara tak sekedar lewat ucapan. Bersaudara artinya harta, jiwa, raga, tenaga, dan pikiran kita harus siap juga untuk bersaudara. Bersaudara artinya bersama. Bersama melangkah dalam amal shalih. Menasihati dalam ketaatan dan dalam kesabaran. Bersama artinya berjuang. Menjadi penyeru kebajikan, akan menuntut kita untuk berjuang penuh kesungguhan. Berjuang dengan penuh ketulusan dalam berkorban. Berjuang agar asa tetap menyala. Hingga apa yang dicitakan menjadi nyata.
Selasa, 06 Januari 2015
Menembus Makna Ikhlas
Ikhlas adalah inti amal dan penentu diterima
tidaknya suatu amal disisi Allah Yang Mahatahu. Amal tanpa ikhlas,
bagaikan buah kelapa tanpa biji, raga tanpa nyawa, pohon tanpa buah,
awan tanpa hujan, anak tanpa garis keturunan, dan benih yang tidak
tumbuh. (Abu Thalib al-Maliki)
Ikhlas kata yang sering kita ucapkan dikala akan bergiat dalam laku, berawal dari setiap niat dalam amal. Marilah mulai wisata hati ini dengan niat yang sebenar-benarnya, ikhlas dalam setiap niat yang tumbuh untuk berbuat baik. Karena ikhlas berada sebelum, selama, dan setelah amal kita laksanakan.
Ikhlas kata yang sering kita ucapkan dikala akan bergiat dalam laku, berawal dari setiap niat dalam amal. Marilah mulai wisata hati ini dengan niat yang sebenar-benarnya, ikhlas dalam setiap niat yang tumbuh untuk berbuat baik. Karena ikhlas berada sebelum, selama, dan setelah amal kita laksanakan.
Ikhlas
sebelum berbuat, berarti kita berniat beramal perbuatan hanya demi
Allah, bukan demi sebuah pujian, penghargaan, ataupun balasan dari orang
lain. Karena dalam amal yang terlaksana nantinya hanya tertuju untuk
Allah, demi mengharap ridha dan cinta-Nya. Ikhlas sebelum berbuat juga
berarti berkehendak melakukan suatu perbuatan, bukan karena dorongan
nafsu yang ternahkodai syaithan. Tetapi karena diri ingin memberi apa
yang dimiliki untuk kebermanfaatan bersama.
Senin, 05 Januari 2015
Bertanya pada Hati
Tak ada yang lebih
jernih dari suara hati, ketika ia menegur tanpa suara. Teguran yang begitu
halus, begitu bening, begitu dalam. Tak
ada yang lebih jujur dari nurani, saat ia menyadarkan kita tanpa kata-kata.
Nasehatnya begitu hening, dan kita tak kuasa menyangkal. Tak ada yang lebih
tajam dari mata hati, ketika ia menghentak kita beragam kesalahan dan alpa.
Begitu tipis, begitu mengiris. Berbahagialah orang-orang seluruh waktunya
dipenuhi kemampuan untuk jujur pada nurani dan tulus mendengarkan suara hati.
“Mintalah fatwa kepada
hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tentram jiwanya, dan tentram pula
dalam hati. Dan dosa itu adalah apa-apa
yang syak dalam jiwa, dan ragu-ragu dalam hati, meski orang-orang memberikan fatwa
kepadamu dan mereka membenarkanmu. “(H.r. Muslim)
Kekuatan Visi
Karena zaman adalah sebuah konteks raksasa yang membingkai jalan para
peserta kehidupan. Dan karena keagungan-Nya, maka di jalan para
pejuang, kita tak boleh hanya singgah. Kita harus melangkah jauh dan
menaklukannya dengan ikhtiar sekokoh karang terselimuti beningnya niat
dan doa yang senantiasa menghubungkan kita dengan-Nya.
Maka ukirkan visimu dalam
bingkai kehidupan yang terajut bersama mimpimu. Menjulang tinggi,
bersinar bersama bulan dan bintang yang memberikan cahaya terangnya
pada bumi ini. Ataupun seperti hangatnya cahaya mentari yang menyinari
bumi memberi manfaat tanpa henti, tanpa pernah meminta balas budi.
Karena visi salah satu bagian besar dari ikhtiar kita mengukir sejarah, lebih besar dari beban kita,
lebih besar dari luka nestapa emosi kita di masa lampau. Dengan visi,
kita membangun gambaran ideal dalam perspektif jangka panjang. Ada satu
lukisan bening yang kita coret-coretkan di sana tentang mimpi, harapan,
dan cita-cita. Akal kita dipenuhi pertimbangan, lalu melompat, berpikir
diluar kotak secara strategis untuk mengantisipasi masa depan.
Langganan:
Postingan (Atom)