Jumat, 18 Maret 2016

Merekonstruksi Cinta

Cinta bukan karena keindahan dan yang tampak dimata, tetapi karena jiwa dan ruh yang menyatukan, begitu kata Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Lalu apa yang menyatukan? Bagi seorang muslim, yang menyatukan jiwa dan ruh adalah ikatan keimanan. Cinta yang disatukan karena keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka atas segala cinta dihati yang hadir hari ini, mari segera kita rekonstruksi. Bahwa "Aku mencintai karena Allah, dengan cara yang diridhai Allah dan dalam rangka untuk mendapatkan ridha Allah." Demikianlah cintanya orang bertaqwa, ujar Ustadz Salim A. Fillah. 


Dengan cinta yang karena Allah, bertemu karena Allah dan berpisah pun karena Allah. Lalu atas segala kesalahan dalam  mengartikan cinta, mengejawantahkan cinta yang selama ini terbingkai kemaksiatan dan jauh dari ridha-Nya. Berharap dalam doa, memohon ampunan. 

Dalam doa yang diucap lirih dan penuh harap, terrangkailah kata

"Ya Rabb, pertemukanlah hamba dengannya; disatukan dengan ikatan imani. Engkau Maha Tahu, siapa terbaik, tempat terbaik dan waktu terindah."

Mari menuntun langkah ini setapak demi setapak tetap dalam jalan ketaatan, hingga diri ini sampai pada takdir yang Kau tuliskan. Disatukan dengan teman hidup dalam ikatan keimanan yang agung, ikatan yang suci, ikatan yang Kau ridhai. Dalam ikatan yang terhubung; ada untuk saling meningkatkan keimanan, hingga tak jenuh untuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Cita-cita yang tumbuh adalah membangun keluarga yang bervisi Dakwah dalam nilai manfaat. Menghiasi setiap sudut tempat berteduh, rehat, dengan hal-hal yang Kau ridhai. Hingga rumah ini penuh berkah, menjadi surga di dunia dengan penuh kebermanfaatan untuk ummat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar