Cinta bukan karena keindahan dan yang tampak dimata, tetapi karena jiwa dan ruh yang menyatukan, begitu kata Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Lalu apa yang menyatukan? Bagi seorang muslim, yang menyatukan jiwa dan ruh adalah ikatan keimanan. Cinta yang disatukan karena keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka atas segala cinta dihati yang hadir hari ini, mari segera kita rekonstruksi. Bahwa "Aku mencintai karena Allah, dengan cara yang diridhai Allah dan dalam rangka untuk mendapatkan ridha Allah." Demikianlah cintanya orang bertaqwa, ujar Ustadz Salim A. Fillah.
Jejak Kehidupan
Menebar manfaat dengan menulis, moga dapati ridha-Nya.
Jumat, 18 Maret 2016
Rabu, 16 Maret 2016
Nilai Insan Beriman
"Diriwayatkan
dari Jabir berkata,”Rasulullah SAW bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah
dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik
manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan
Daruquthni)
Manusia diciptakan bukan tanpa tujuan,
ada tugas yang harus dia emban dan kewajiban yang dilaksanakan. Yaitu beribadah
kepada Allah Subahanhu wa Ta’ala dan menjadi khalifah di muka bumi. Hal
tersebut telah tercantum dalam surat Az-Zariyat ayat 56 dan Al-Baqarah ayat 30.
Sepenggal Nasihat #3
Malulah pada Allah Subhanahu wa Ta'ala, saat nikmat yang ada digunakan untuk mendurhakai-Nya. Ibn Mas'ud berkata; taati dan jangan durhaka, dzikiri dan jangan dilupa, syukuri dan jangan diingkari. Tapi entah sudah berapa kali kita tak taat, begitu berani langgar perintah-Nya. Mengingat dan memohon pada Ilahi Rabbi hanya saat hidup dalam cengkeraman kesusahan, tetapi saat nikmat begitu tumpah ruah; mengucap syukur dan mengejawantahkan dalam amal tak dilakukan. Laa ilaha ila anta subhanaka inni kuntu minadzolimin, disisa waktu hidup ini, yang kita tak tahu kapan ajal akan datang menjemput. Mari perbaiki segala kesalahan, memohon ampun pada Allah Ta'ala dengan penuh kesungguhan. Sudahi segala dosa dengan taubat nasuha, berikhtiar agar tak terulangi kesalahan dan iringi dengan amal shalih yang berkesinambungan. Agar kita tak menyesal saat hari pembalasan tiba, saat catatan amal perbuatan diberikan, yang begitu rapi, lengkap terperinci. Mulut dikunci tak bisa berkata-kata; tangan, kaki, mata dan anggota tubuh lainnya menjadi saksi atas setiap perbuatan di pengadilan-Nya. Mari sibukkan diri dalam amal shalih, hingga kita terhindar dari amal salah. Kerjakanlah kebaikan meskipun kau anggap kecil, sebab engkau tidak mengetahui kebaikan mana yang mengantarkanmu ke dalam syurga (Hasan al-Bashri).
Sepenggal Nasihat #2
Maka dalam berdoa, ada adab yang harus senatiasa dijaga kepada Allah Ta'ala. Saat kita berdoa, bukan tentang menyebut hajat-hajat kita, bukan tentang merinci pinta dan merasa paling tahu, hingga terkesan 'memaksa' Allah Ta'ala agar kabulkan apa yang diinginkan. Ingatlah, Dia Maha Tahu atas setiap hal yang terbaik bagi hamba-Nya. Dalam berdoa, merupakan waktu bagi kita untuk berbincang mesra dengan Allah Ta'ala; mengakui kelemahan diri dan sadar bahwa Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu. La haula wala quwwata illa billah. Mari perbaiki kekeliriuan diri dalam panjatkan pinta, teringat sebuah kalimat yang diucap Umar Ibn Khaththab, "Aku tidak takut doaku terkabul atau tidak, aku lebih takut jika aku tak berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala."
Rabbi inni lima anzalta ilayya min khairin faqir...
Sepenggal Nasihat #1
Bagi mereka yang berjuang menyeru pada kebaikan, maka memperbaiki diri proses tak kenal henti. Agar menjadi penyabar bukan pencibir; menjadi penyapa bukan pencela, dan menjadi perangkul bukan pemukul. Karena adanya kita ingin membawakan cahaya bukan putuskan asa, berjalan mendampingi; bukan sebagai penggunjing. Bukan sekedar katakan halal dan haram; tapi berikan sebuah pelayanan yang tenangkan jiwa hantarkan pada keimanan. Maka bagi mereka para penyeru kebajikan; suatu keharusan saling menasihati dalam kebenaran dan menetapi kesabaran. Ilmu, merupakan bekal yang senantiasa harus ada nan ditingkatkan; tentang luasnya ilmu dan dalamnya pemahaman. Agar apa yang disampaikan, apa yang diperbuat berdasar pada Al-Quran dan Sunnah. Moga Allah Ta'ala istiqamahkan kita hidup di jalan yang lurus, atas semua perbuatan dan pengorbanan semoga Allah Azza wa Jalla ridhai dan terraih jannah-Nya. Aamiin
Tak Sekedar Tempat Singgah
Rumah, tak sekedar tempat singgah melepas penat, berteduh dari teriknya
cahaya matahari, berlindung dari derasnya air hujan & kencangnya
tiupan angin. Bukan juga sekedar tempat menikmati kehidupan duniawi.
Jika rumah hanya sekedar dijadikan tempat singgah, maka tiap ketukan
langkah akan kehilangan makna, semangat, & terasa kering. Tapi saat
rumah tak sekedar tempat singgah &
rehat, tetapi jadilah tempat penuh cinta, cerita & cita yang hakiki.
Akan selalu ada semangat yang menyala untuk melangkah.
Selasa, 15 Maret 2016
Bicara Jodoh
Ya memang benar. Jika berbincang tentang jodoh, maka berbicara tentang
hal yang jauh: akhirat, surga, ridha Allah, bukan semata-mata dunia.
Maka setiap langkah harus dalam bingkai ketaatan padaNya. Mencinta atas
dasar agama menjadi faktor pertama dan utama.
Menurut Sayyid Quthb dalam Fi Zhilalil Qur'an. Kesamaan iman adalah
sarana utama pembentuk sakinah. Kesamaan iman, memang tak bisa dihitung
dengan angka. Tapi ia bisa di deskripsikan dari kesungguhan untuk terus
mendekat pada Ilahi Rabbi; mengilmui dien ini, beramal atas dasar ilmu.
Agar kita berada pada jalan yang lurus untuk beramal shalih dan
terhindar dari amal salah.
Langganan:
Postingan (Atom)