Kontribusi adalah
memberi yang tak kenal henti, kontribusi adalah pengorbanan yang tak kenal jeda
waktu. Kontribusi bermula dari benih niatan suci, lalu berkecambah dalam hati. Kemudian
terus bertumbuh, hingga tertuang pada laku. Dan sudahkah kita menjaga semangat
yang terus menyala dalam diri? Agar semangat berkontribusi tak melapuk, dimakan
oleh rasa malas dan tertelan oleh keangkuhan diri.
Nilai sosial setiap kita terletak pada apa yang kita berikan
kepada masyarakat atau pada kadar manfaat yang dirasakan masyarakat dari
keseluruhan perfomance kepribadian kita. Maka Rasulullah saw berkata:
"Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia
yang lain."
Demikian kita menobatkan seseorang menjadi pahlawan karena ada begitu banyak
hal yang telah ia berikan kepada masyarakat. Maka takdir seorang pahlawan
adalah bahwa ia tidak pemah hidup dan berpikir dalam lingkup dirinya sendiri.
la telah melampui batas-batas kebutuhan psikologis dan biologisnya. Batas-batas
kebutuhan itu bahkan telah hilang dan lebur dalam batas kebutuhan kolektif
masyarakatnya dimana segenap pikiran dan jiwanya tercurahkan.
Semangat berkontribusi
yang terus mengalir deras dalam diri, menghayutkan rasa malas untuk berdiam
diri tak memberi, menghantam rasa sungkan dalam bergerak mencegah dan
menghentikan kemungkaran. Semangat kontribusi yang bertumbuh dalam diri,
menjadi kekuatan yang tak terhingga untuk berpartisipasi dalam pentas peradaban
sejarah manusia. Peserta kehidupan yang
memiliki semangat kontribusi, ia selalu mengasah kemampuannya untuk menjadi
pribadi yang bisa lebih bermanfaat untuk ummat. Kita memang harus rindu pada
pentas partisipasi lalu memberi, sebagai tanda peduli akan masalah yang tersaji
dihadapan ummat. Maka beramalah! dengan segala daya yang kita miliki. Mengalirkan sekuat tenaga karunia dan nikmat-Nya dalam jalan ketaatan nan bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar