Jumat, 26 September 2014

Semangat Kontribusi



Kontribusi adalah memberi yang tak kenal henti, kontribusi adalah pengorbanan yang tak kenal jeda waktu. Kontribusi bermula dari benih niatan suci, lalu berkecambah dalam hati. Kemudian terus bertumbuh, hingga tertuang pada laku. Dan sudahkah kita menjaga semangat yang terus menyala dalam diri? Agar semangat berkontribusi tak melapuk, dimakan oleh rasa malas dan tertelan oleh keangkuhan diri.
Nilai sosial setiap kita terletak pada apa yang kita berikan kepada masyarakat atau pada kadar manfaat yang dirasakan masyarakat dari keseluruhan perfomance kepribadian kita. Maka Rasulullah saw berkata: "Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain."
Demikian kita menobatkan seseorang menjadi pahlawan karena ada begitu banyak hal yang telah ia berikan kepada masyarakat. Maka takdir seorang pahlawan adalah bahwa ia tidak pemah hidup dan berpikir dalam lingkup dirinya sendiri. la telah melampui batas-batas kebutuhan psikologis dan biologisnya. Batas-batas kebutuhan itu bahkan telah hilang dan lebur dalam batas kebutuhan kolektif masyarakatnya dimana segenap pikiran dan jiwanya tercurahkan.

Semangat berkontribusi yang terus mengalir deras dalam diri, menghayutkan rasa malas untuk berdiam diri tak memberi, menghantam rasa sungkan dalam bergerak mencegah dan menghentikan kemungkaran. Semangat kontribusi yang bertumbuh dalam diri, menjadi kekuatan yang tak terhingga untuk berpartisipasi dalam pentas peradaban sejarah manusia. Peserta kehidupan  yang memiliki semangat kontribusi, ia selalu mengasah kemampuannya untuk menjadi pribadi yang bisa lebih bermanfaat untuk ummat. Kita memang harus rindu pada pentas partisipasi lalu memberi, sebagai tanda peduli akan masalah yang tersaji dihadapan ummat. Maka beramalah! dengan segala daya yang kita miliki. Mengalirkan sekuat tenaga karunia dan nikmat-Nya dalam jalan ketaatan nan bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar